SEJARAH DESA MANGGARI
A.
Asal Mula Desa
Manggari
1.
Asal Usul Nama
Manggari
Perlu diketahui bahwa dalam sejaran
Cirebon, sejarah mataram, dan sejarah Indonesia banyak yang simpang siur, mana
yang harus menjadi landasan, tetapi penulis mengambil beberapa sejarah,
terutama dari sejarah pengeran Arya Sutajaya. Maka dalam perjalanan pasukan
pimpinan pangeran Arya Sutajaya inilah menjadi pokok cerita nama Manggari dan
Pagundan, orang tua terdahulu telah membuat guguritan pamudaran seperti:
Pamudaran Jatipiring
Terusane Sa Pagundan
Laju Ka Kuningan Wae
Cisantana Panulisan
Cihideung Jeung Wanayasa
Aya Haur Pinggir Sumur
Kubang tengah pasawahan
Guguritan diatas menurut cerita
titimangsa dari Elang Raden Maskud. Walaupun guguritan diatas baik pupuh
kinanti maupun pupuh pamudaran dibuatnya oleh pengarang pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda dan ceritanya dibelokan, tetapi isi guguritan itu adalah
sindiran bagi penjajah pemerintah Belanda pada tahun 1800-1942. Disamping itu,
maksud untuk menjadi peringatan putra-putri dari pejuang Indonesia.
Adapun guguritan pamudaran pelaksanaan nantinya seperti dibawah ini
membawa hikmah yangtidak sedikit artinya.
Pangeran Arta Sutajaya beserta
rombongan dari kampong pamudaran berangkat menuju balai permusyawaratan
(paguneman) di gunung simpe, berjalan melewati jatipiring. Baru saja sampai
dipertelon (persimpangan), putranya Masjaya merasa lelah kecapaian, kemudian
turun menuju ayahnya:
Rama ingsun emong giri,
Ya wisyen belt melu enteni ning kene
Gawe sanggar sasukamu
Sanggare ning tu angsana
Manggarayi mongmong anaku yah anakmu.
Maksud dari
perkataan di atas adalah:
Putranya adalah Pangeran Masjaya merasa lelah dan tidak mau ikut ke
gunung simpe. Ayahnya yaitu pangeran Arya Sutajaya menjawab, “ ya sudah kalau
tidak mau ikut, tunggu saja disini, buatlah pesanggrahan (kemah) sesukamu.
Lebih baik membuat perkemahan di sana dekat Tuk Angsana”. Selanjutnya pangeran
Arta Sutajaya memerintahkan kepada adiknya Senopati. Kata manggarayi maksudnya
“silahkan adiku ikuti dan jaga anakku juga anakmu”. Setelah itu pangeran Arta
Sutajaya dikawal oleh beberapa orang prajurit melanjutkan perjalanan menuju ke
Paguneman Gunung Simpe.
Adapun
sebagian besar pasukan menunggu di pertelon menjaga pangeran Masjaya membuat
perkemahan di dekat tuk angsana yang selanjutnya di sekitar Tuk Angsana menjadi
kampong Danasuka artinya Andon Suka. Kemudian perintah Pangeran Arta Sutajaya
kepada adiknya terdengar oleh seluruh masyarakat pertelon, diantaranya ada
kata-kata yang terdengarnya terasa ganjil, yaitu perkataan Manggarayi, sehingga
menjadi buah bibir masyarakat pada waktu itu, selanjutnya pertelon itu disebut
pertelon manggarayi, lama kelamaan menjadi kampong disebut kampung Manggari.
Sebagai nama tertera pada peta Jawa-Madura pada tahun 1880, nama kampong
pertelon ialah manggari.
2.
Asal-Usul nama
Buahgama
pada awal jaman VOC setelah hasil perundingan, seluruh pejuang yang
dipimpin oleh Pangeran Ronggo dari Mataram, di tiap-tiap perjalanan antara
Mataram ke Jayakarta selalu diadakan pos penghunung di tiap-tiap daerah.
Kebetulan didaerah sekitar pertelon ditugaskan dua orang jurit mataram bernama
Mas Jaya Mandala dan Mas Mandala Jaya kakak beradik. Pos jaga satunya berada di
daerah Pasayangan. Adapun pemukimannya terpisah diantaranya:
a.
Mas Mandala
Jaya bermukim di daerah Ciporang
b.
Mas Jaya
MAndala bermukim di sekitar Tuk Gempol ±400 m dari pertelon ke selatan
Lamakelamaan di sekitar kediaman Mas Jaya Mandala banyak yang tidak
suka sehingga terwujud kampong kampong yang disebut kampong jaya mandala.
Kemudian datanglah seorang kyai serta mendirikan sebuah pesantren yang diberi
nama pesantren Gempol.
Berselang 2 abad lamanya ± pertengahan abad ke-19, menurut sejarah kira-kira tahun 1840
Masehi timbulah peristiwa perpecahan di pesantren gempol. Kemungkinan karena
kesalah pahaman pendapat antara msayarakat dari kedua kampong manggari dan jaya
mandala dengan kyai karena tindakan seorang kyai tidak berkenan dihati
masyarakat, sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat. Atas kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa, tiba-tiba datang seorang ajengan bernama Embah Jawa
menyelesaikan perselisihan yang kritis itu dengan cara yang bijaksana.
Embah
jawa terpaksa memutuskan untuk menutup pesantren dan para santrinya dibubarkan.
Untuk keselamatan kyai dipersilahkan pindah ke tempat lain. Setelah itu embah
jawa member nasehat kepada seluruh masyarakat Jaya Mandala dan beliau
menyarankan demi untuk peringatan anak cucu kampong Jaya Mandala dan Pesantren
Gempol diganti menjadi Buah Gama, agar anak cucu dapat menggali sendiri
ketaqwaan kepada Tuham. Carilah dan pelajarilah Buahnya Agama Islam agar
diketahui dan diamalkan sebagaimana mestinya.
3.
Asal-usul nama
Oleced
Dua puluh tahun kemudian kira-kira tahun 1860-an, pemerintah
Hindia-Belanda mengadakan tindakan kerja paksa pembuatan jalan dan diperlebar
antara Kuningan- Ciawigebang. Sungai Cileuweug pindah ke sebelah selatan jalan
Luragung dan tikungan yang disebut pertelon, pindah ke tikungan oleced
(sekarang) dilanjutkan dengan kerja paksa penanaman kopi.
Pada waktu itulah peristiwa pergantian nama kampong manggari dan
danasuka diganti namanya oleh kompeni Belanda yang sedang membuat petapembuatan
jalan. Adapun peristiwa kejadiannya menurut orang tua terdahulu bahwa pada
waktu itu pengontrolan dalam pengukuran jalan, ada serombongan patrol kompeni
yang semuanya naik kuda datang dari jurusan utara menuju pertelon Manggari. Baru
sampai di sungai ciporang, semua kuda-kudanya kelelahan lalu disanalah mereka
beristirahat. Seorang komandan kompeni memanggil beberapa orang kampung
manggari, maksudnya akan menanyakan situasi daerah dan nama kampung itu dengan
bahasa yang tidak dimengerti oleh masyarakat. Kebetulan sekali komandan kompeni
berjalan pincang karena paha kakinya lecet/ luka.
Tiba-tiba seorang rakyat manggari yang tertua disana memberanikan
diri maju, karena dikiranya kompeni minta bantuan, tetapi setelah dekat
komandan kompeni bertanya lagi “ini kampung apa?’ dengan logat bahasa melayu
dialek Belanda. Terpaksa orang itu menjawab sambil membungkuk melihat pahanya
kompeni itu dengan kata-kata “oh lecet” maksud tujuan jawaban rakyat itu oh
lecet, dikira kompeni minta bantuan karena pahanya luka. Tetapi anehnya kompeni
setelah mendapat jawaban oh lecet seperti yang gembira, terus dicatat
dibukunya. Setelah itu, semua rombongan kompeni melanjutkan perjalanan lagi
menuju arah Kuningan.
Setaun
setelah pertistiwa itu, dijalan pertelon diberi tanda/ plang dengan dibubuhi
nama Kampung Olecet. Demikian silsilahnya, lama kelamaan berubah Olecet menjadi
Oleced (karena Olecet merupakan dialek jawa), dan nama manggari hilang berubah
menjadi Oleced.
B.
Hari jadi desa
manggari
Seperti yang telah diuraikan diatas,
hari jadi desa pagundan tanggal 15 bulan Sa’ban atau bulan Ruwah tahun 1620
Masehi. Sebagai pokok sejarah hari jadi desa Manggari, dengan ini kami
membeberkan riwayat pamekaran desa.
Pada tanggal 3 juni 1982 desa
pagundan telah mendapat penawaran dari ketua panitia pamekaran daerah dan
wilayah, bahwa desa pagundan akan dipekarkan
menjadi 2 desa, diantaranya desa pagundan sebagai induk dan yang
dipekarkan ialah kampong Oleced dan Buahgama disebut desa manggari.
Dengan rasa terharu masyarakat
kampong oleced dan buahgama menerima penghargaan dan kepercayaan dari
pemerintah desa pagundan khususnya, dan pemerintah wilayah dan daerah pada
umumnya. Walaupun rasa berat menerimanya, tetapi demi menghormati dan
menghargai atas kepercayaan pemimpin terpaksa warga masyarakat menerima dengan
ikhlas secara timbale balik antar atasan dengan bawahan daan sebaliknya.
Jalam pemekaran baik daalam memenuhi
persyaratan maupun persiapan dan pelaksanaan diusahakan dengan cara swadaya
gotong royong bersama-sama antara induk dan yang dipekarkan, begitu pula
seluruh masyarakat bergerak menuju kesempurnaan tugas nasional yang dibebankan
dari pemerintah orde baru kepada masyarakat yang dipekarkan.
Terwujudlah detik-detik waktu
peresmian Desa Manggari diresmikan dalam upacara adat disebut hari jadi desa
Manggari pada hari kamis Legi tanggal 2 September 1982 pukul: 09.00 WIB.